Ilmiah dan
non ilmiah
Karya ilmiah
Pengertian Karya Ilmiah
“Karangan ilmiah merupakan suatu karangan atau tulisan yang diperoleh
sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan,
penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan
sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isisnya dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya/ keilmiahannya.”—Eko Susilo, M. 1995:11
Tujuan dari pembuatan karangan ilmiah, antara lain :
·
Memberi penjelasan
·
Memberi komentar atau penilaian
·
Memberi saran
·
Menyampaikan sanggahan
·
Membuktikan hipotesa
Karya ilmiah adalah suatu karya dalam bidang ilmu pengetahuan (science)
dan teknologi yang berbentuk ilmiah. Suatu karya dapat dikatakan ilmiah apabila
proses perwujudannya lewat metode ilmiah. Jonnes (1960)
memberikan ketentuan ilmiah, antara lain dengan sifat fakta yang disajikan dan
metode penulisannya.
Bila fakta yang disajikan berupa fakta umum yang obyektif dan dapat
dibuktikan benar tidaknya serta ditulis secara ilmiah, yaitu menurut prosedur
penulisan ilmiah, maka karya tulis tersebut dapat dikategorikan karya ilmiah,
sedangkan bilamana fakta yang disajikan berupa dakta pribadi yang subyektif dan
tidak dapat dibuktikan benar tidaknya serta tidak ditulis secara ilmiah, karya
tulis tersebut termasuk karya tulis non ilmiah.
Bentuk Karya Ilmiah
Dalam karya ilmiah dikenal antara lain berbentuk makalah, report atau
laporan ilmiah yang dibukukan, dan buku ilmiah.
1. Karya Ilmiah Berbentuk Makalah
Makalah pada umumnya disusun untuk penulisan didalam publikasi ilmiah,
misalnya jurnal ilmu pengetahuan, proceeding untuk seminar
bulletin, atau majalah ilmu pengetahuan dan sebagainya. Maka ciri pokok makalah
adalah singkat, hanya pokok-pokok saja dan tanpa daftar isi.
2. Karya Ilmiah Berbentuk Report/ Laporan Ilmiah Yang Dibukukan
Karya ilmiah jenis ini biasanya ditulis untuk melaporkan hasil-hasil
penelitian, observasi, atau survey yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok
orang. Laporan ilmiah yang menjadi persyaratan akademis di perguruan tinggi
biasanya disebut Skripsi, yang biasanya dijadikan persyaratan untuk karya
ilmiah jenjang S1, Tesis untuk jenjang S2, dan Disertasi untuk jenjang S3.
3. Buku Ilmiah
Buku ilmiah adalah karya ilmiah yang tersusun dan tercetak dalam bentuk
buku oleh sebuah penerbit buku umum untuk dijual secara komersial di pasaran.
Buku ilmiah dapat berisi pelajaran khusus sampai ilmu pengetahuan umum yang
lain.
Ciri-Ciri Karya Ilmiah
1. Struktur Sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian
awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian
awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian
gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau
subtopik. Bagian penutup merupakan kesimpulan pokok pembahasan serta
rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
2. Komponen dan Substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya
ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka.
Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.
3. Sikap Penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan
menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan
bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.
4. Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin
dari pilihan kata / istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur
yang baku.
Macam-Macam Karya Ilmiah
1. Skripsi; adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan
gelar sarjana (S1). Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain.
Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-obyektif, baik berdasarkan
penelitian langsung, observasi lapangan / penelitian di laboratorium, ataupun
studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi
ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.
2. Tesis; adalah jenis karya tulis dari hasil studi sistematis atas masalah. Tesis
mengandung metode pengumpulan, analisis dan pengolahan data, dan menyajikan
kesimpulan serta mengajukan rekomendasi. Orisinalitas tesis harus nampak, yaitu
dengan menunjukkan pemikiran yang bebas dan kritis. Penulisannya baku dan tesis
dipertahankan dalam sidang. Tesis juga bersifat argumentative dan dihasilkan
dari suatu proses penelitian yang memiliki bobot orisinalitas tertentu.
3. Disertasi; adalah karya tulis ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam
menyelesaikan program S3 ilmu pendidikan. Disertasi merupakan bukti kemampuan
yang bersangkutan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan penemuan
baru dalam salah satu disiplin ilmu pendidikan.
Sikap Ilmiah
Dalam penulisan karya ilmiah, terdapat 7 sikap ilmiah yang merupakan sikap
yang harus ada. Sikap-sikap ilmiah tersebut adalah sebagai berikut :
1) Sikap ingin tahu
Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal
yang berkaitan dengan bidang kajiannya.
2) Sikap kritis
Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin
berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan
-kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
3) Sikap obyektif
Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa
diikuti perasaan pribadi.
4) Sikap ingin menemukan
Selalu memberikan saran-saran untuk eksperimen baru. Kebiasaan menggunakan
eksperimen-eksperimen dengan cara yang baik dan konstruktif. Selalu memberikan
konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya.
5) Sikap menghargai karya orang lain
Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan
sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang
berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
6) Sikap tekun
Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksperimen yang
hasilnya meragukan, tidak akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan apabila
belum selesai. Terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja
dengan teliti.
7) Sikap terbuka
Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat,
argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya
pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak
diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.
Contoh karya ilmiah
PENGARUH KUALITAS PRODUK, PROMOSI DAN DESAIN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN
KENDARAAN BERMOTOR YAMAHA MIO
Penulis : ASIH PURWANTO
Tahun : 2008
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik, karena
preferensi dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda. Selain itu konsumen
berasal dari beberapa segmen, sehingga apa yang diinginkan dan dibutuhkan juga
berbeda. Masih terdapat banyak faktor yang berpengaruh terhadap keputusan
pembelian.Produsen perlu memahami perilaku konsumen terhadap produk atau merek
yang ada di pasar, selanjutnya perlu dilakukan berbagai cara untuk membuat
konsumen tertarik terhadap produk yang dihasilkan.
Assael (1995) dalam Sodik (2004) mengembangkan model perilaku konsumen
dengan menetapkan tiga faktor yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen.
Faktor pertama yang berpengaruh pada konsumen adalah stimuli. Stimuli
menunjukkan penerimaan informasi oleh konsumen dan pemprosesan informasi
terjadi saat konsumen mengevaluasi informasi dari periklanan, teman atau dari
pengalaman sendiri. Pengaruh kedua berasal dari karakteristik pribadi konsumen
meliputi persepsi, sikap, manfaat serta karakteristik konsumen (demografi,
kepribadian, gaya hidup). Pengaruh yang ketiga respon konsumen yaitu hasil
akhir dari proses keputusan konsumen dan suatu pertimbangan yang menyeluruh
dari semua faktor diatas.
Hasil penelitian mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi proses atau keputusan pembelian telah banyak
dilakukan. Melalui riset ini akan dianalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
terhadap keputusan pembelian sepeda motor Yamaha Mio . Ketertarikan pemilihan
merek tersebut karena produk sepeda motor Yamaha Mio semakin diminati tidak
hanya dikalangan wanita Indonesia tetapi juga seluruh kalangan anak muda. Gaya hidup
modern merupakan salah satu faktor individu yang dapat mempengaruhi perilaku
pembelian seseorang, Sepeda motor Yamaha Mio adalah salah satu sepeda motor
outometic atau disebut juga Skutermatik yang dulunya di rancang khusus untuk
wanita, tetapi sekarang diminati oleh semua kalangan anak muda.
Berdasarkan uraian diatas yang menjadi pokok permasalahan adalah sejauh
mana kualitas produk, promosi, dan desain berpengaruh terhadap keputusan
pembelian sepeda motor Yamaha Mio pada masyarakat di wilayah Surakarta.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah, perumusan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah kualitas produk berpegaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
produk sepeda motor Yamaha Mio pada masyarakat wilayah Surakarta?
2. Apakah promosi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk
sepeda motor Yamaha Mio pada masyarakat wilayah Surakarta?
3. Apakah desain berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk
sepeda motor Yamaha Mio pada masyarakat wilayah Surakarta?
4. Apakah secara bersama-sama kualitas produk, promosi, dan desain berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian produk sepeda motor Yamha mio pada
masyarakat wilayah Surakarta? 20
5. Faktor manakah diantara kualitas produk, promosi, dan desain yang mempunyai
pengaruh dominan terhadap keputusan pembelian produk sepeda motor Yamaha Mio
pada masyarakat wilayah Surakarta?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produksi, promosi, dan desain terhadap
keputusan pembelian produk sepeda motor Yahama Mio pada masyarakat wilayah
Surakarta baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempunyai pengaruh dominan terhadap keputusan
pembelian produk sepeda motor Yamaha Mio pada masyarakat wilayah Surakarta
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat mendukung pendapat Assael
mengenai pengembangan model perilaku konsumen bahwa rangsangan perusahaan dalam
penelitian ini berupa kualitas produk, promosi, dan desain turut mempengaruhi
keputusan konsumen dalam pembelian.
2. Secara Praktis
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan konsumen dalam mengevaluasi citra
produk sepda motor Yamaha Mio melalui kualitas produk, promosi, dan desain.
3. Secara Metodologi
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi atau
kajian bagi penelitian sejenis
Karya non ilmiah
Karya tulis non-ilmiah (karya non
Ilmiah) adalah karya tulis ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta pribadi dan
ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya tulis
non-ilmiah itu pun bervariasi bahan topiknya dan cara penyajiannya, tetapi
isinya tidak didukung oleh fakta umum. Bahasanya mungkin kongkret atau abstrak,
gaya bahasanya mungkin formal dan teknis, atau formal dan populer.
sifat karya non ilmiah:
1) emotif,
lebih merupakan refleksi dari sebuah perasaan yang terkadang melampui
kebenaran,
2)
persuasif, yaitu bersifat mempengaruhi pikiran pembaca,
3)
deskriptif subjektif, dalam arti tidak didukung oleh data dan fakta, dan
4) terkadang
over claiming. Karya-karya non ilmiah ini terutama dapat dilihat dalam bentuk
karya-karya seni, seperti cerpen, novel, puisi, komik dan lain-lain yang
semisalnya.
Macam-macam
Karya Non Ilmiah
a. Cerpen.
Suatu bentuk naratif fiktif. Cerita pendek yang cenderung padat dan langsung
pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang.
b. Dongeng.
Merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata,
diakhir cerita biasanya mengandung pesan moral.
c. Roman.
Adalah sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau ganjaran yang isinya
melukisnya perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing.
d. Novel.
Sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk
cerita.
e. Drama.
Adalah suatu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh
actor.
Contoh karya non ilmiah (cerpen )
Pohon di Tengah Alun-Alun
By: dedy tri rihadi
Dia
baru bisa membaca saat pertama kali diajak bersepeda -tepatnya dibonceng -
ibunya saat mengetahui ada keganjilan dari apa yang dia lihat di alun-alun
kota. Ada sebatang pohon asam gelugur tua, bukan beringin, tumbuh di tengah
alun-alun itu. Padahal menurut cerita-cerita yang sering dilontarkan bibir
ibunya, adalah pohon beringin yang biasanya ditanam sebagai lambang pengayoman
kepala daerah kepada rakyatnya. Cabang-cabangnya yang rindang membentuk kanopi
yang sangat teduh. Di antara dahan dan rantingnya yang rimbun, puluhan burung
tekukur dan perkutut membuat sarang.
Dia mencoba mengeja nama latin dari pohon asam gelugur itu. Sebuah nama yang terasa sangat ganjil bagi lidahnya yang terbiasa dengan logat kental tanah kelahirannya. “Tam..mar..rindus in..di..ca,” Ejanya. Ibunya hanya bisa tersenyum. Bangga karena anak berumur empat tahun itu bisa membaca dengan cukup lancar.
Dia memandang ibunya dengan mata sedikit berbinar. Ibunya tahu, sekejap lagi anaknya itu pasti akan bertanya sesuatu. Dan benar saja, tak lama kemudian dari mulutnya yang kecil meluncurlah sebuah pertanyaan yang ibunya sendiri tidak tahu jawabannya. “Apa artinya itu, Bu?”
+++
Dia baru tahu bertahun-tahun kemudian bahwa nama latinTamarindus indica berasal dari beragam bahasa. Tamarindus berasal dari bahasa Arab: Tamr Hindi, yang berarti kurma dari India. Tapi dia tidak mengerti mengapa disebut sebagai kurma, sebab buah dari pohon itu berasa asam sehingga di tanah kelahirannya disebut sebagai pohon dan buah asam, bukan kurma.
Dia juga belum mengerti mengapa di alun-alun kotanya itu bukan beringin yang ditanam di tengah-tengahnya melainkan pohon asam gelugur itu. Padahal pohon itu tidaklah terlalu rindang, dan cabang serta rantingnya mudah sekali patah. Tapi dia tahu, ibunya sering sekali membuat minuman dengan bahan dasar buah asam yang sudah sangat masak. Minuman yang segar itu bernama serbat. Enak diminum ketika cuaca sangat terik. Daun mudanya juga bisa dibuat minuman dengan mencampurnya dengan bahan-bahan lain seperti kunyit, juga bisa sebagai obat batuk dan demam. Karena itu, beberapa kali ibunya mengajak ke alun-alun itu sekedar mengambil buah yang jatuh, memetik daun muda, dan mengelupas kulit kayunya.
+++
Sesekali, dia melihat pada kedua mata ibunya itu merebak air mata. Dan sesaat kemudian, kadang kala, raut yang tampak sedih itu bisa berubah menjadi wajah yang penuh amarah. Dia tidak pernah mau menanyakannya, sebab jika dia bertanya bisa-bisa menambah tekanan perasaan pada ibunya. Dia tak mau itu terjadi.
Untuk mengubahkan suasana hati ibunya itu, dia kadang segera menyibukkan diri mencari jangkrik pada rerumputan di sekitar kaki pohon yang besar itu. Lalu dengan riangnya, disorongkan jangkrik yang tertangkap itu sambil berceloteh akan dikumpulkan sebanyak-banyaknya jangkrik untuk makanan burung-burung peliharaan kakek.
Selain dia, laki-laki yang ada di rumah adalah kakeknya. Kakek yang pendiam dan selalu sibuk dengan burung-burung peliharaannya. Beberapa hari dalam seminggu, kakek pergi mengikuti kontes burung berkicau. Sebenarnya dia juga ingin menangkapi burung-burung yang bersarang di pohon itu, tetapi tak satu pun burung di pohon tersebut menyerupai burung-burung yang ada dalam sangkar-sangkar milik kakeknya.
Kakek jarang sekali berbicara dengan ibu maupun dirinya. Ibu pernah bilang bahwa kakek tidak pernah menyetujui hadirnya laki-laki yang tak pernah lagi ada di sekitar dia dan ibunya. Ayahnya. Mungkin itu yang membuat ibunya sering bersedih atau marah setiap kali berada di dekat pohon asam di tengah alun-alun itu.
+++
Sampai suatu hari, menjelang hari pernikahannya, dia memberanikan diri bertanya kepada ibunya.
“Bu, dulu sewaktu aku kecil Ibu sering sekali membawaku pergi ke alun-alun memetik daun asam, mengumpulkan buahnya, dan sesekali mengerat kulit kayunya. Apakah Ibu ingat itu?”
Ibunya tersenyum dan mengelus kepalanya yang berada dekat dengan pangkuan.
“Tentu Ibu ingat. Apa yang ingin engkau tanyakan sebenarnya?”
Dengan menghela nafas panjang dan berat, dia menanyakan hal yang bertahun-tahun disimpan.
“Mengapa Ibu selalu menangis dan juga marah setiap kali kita ke sana? Kenangan apakah yang sebenarnya Ibu simpan?”
+++
Semenjak Ibunya tak pernah menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi antara Ibunya dengan pohon asam gelugur di tengah alun-alun, dia tak pernah lagi bertanya. Hanya pada suatu reuni dengan teman-teman sekolahnya, dia bertemu Karman yang kini menjabat Sekretaris Daerah.
Dia yang kaget dengan penataan alun-alun kotanya itu mendapat penjelasan bahwa pohon asam gelugur itu sudah ditebang dan diganti dengan sebuah tugu berbentuk runcing yang menggambarkan keteguhan dan perjuangan untuk meraih cita-cita yang lebih baik.
“Oh. Pohon asam itu terlalu banyak menyimpan cerita pahit,” Jelas Karman ketika dia menanyakan alasan penebangan pohon itu.
“Memang cerita macam apa sehingga warga kota tak menginginkan pohon itu tidak perlu lagi ada di tengah alun-alun?” Dia tampak ingin menuntaskan rasa penasaran yang sekian lama bercokol itu.
“Kau pernah mendengar hukum picis, bukan? Seseorang yang dinyatakan bersalah disayat kulitnya dan pada lukanya itu diteteskan cairan dari buah asam. Dulu, pohon itu menjadi terkenal gara-gara seorang perampok besar menemui hari sialnya. Dia ditangkap dan ramai-ramai warga menghukumnya. Setiap orang menyayat kulitnya dan menyiramnya dengan cairan buah asam. Dia menemui ajal dengan tubuh hampir seluruhnya terkelupas kulitnya.”
“Perampok besar? Siapa namanya?”
“Orang-orang menyebutnya Man Jaha.”
Mendengar nama itu, dia menjadi sangat maklum mengapa kakeknya tak pernah mau bicara dengan ibu dan dirinya. Terlebih, dia pun kini bisa merasakan kesedihan dan kemarahan yang sama dengan ibunya jika dia mengingat pohon asam di tengah alun-alun itu. Untunglah, kini pohon asam itu sudah tidak ada lagi.
Dia mencoba mengeja nama latin dari pohon asam gelugur itu. Sebuah nama yang terasa sangat ganjil bagi lidahnya yang terbiasa dengan logat kental tanah kelahirannya. “Tam..mar..rindus in..di..ca,” Ejanya. Ibunya hanya bisa tersenyum. Bangga karena anak berumur empat tahun itu bisa membaca dengan cukup lancar.
Dia memandang ibunya dengan mata sedikit berbinar. Ibunya tahu, sekejap lagi anaknya itu pasti akan bertanya sesuatu. Dan benar saja, tak lama kemudian dari mulutnya yang kecil meluncurlah sebuah pertanyaan yang ibunya sendiri tidak tahu jawabannya. “Apa artinya itu, Bu?”
+++
Dia baru tahu bertahun-tahun kemudian bahwa nama latinTamarindus indica berasal dari beragam bahasa. Tamarindus berasal dari bahasa Arab: Tamr Hindi, yang berarti kurma dari India. Tapi dia tidak mengerti mengapa disebut sebagai kurma, sebab buah dari pohon itu berasa asam sehingga di tanah kelahirannya disebut sebagai pohon dan buah asam, bukan kurma.
Dia juga belum mengerti mengapa di alun-alun kotanya itu bukan beringin yang ditanam di tengah-tengahnya melainkan pohon asam gelugur itu. Padahal pohon itu tidaklah terlalu rindang, dan cabang serta rantingnya mudah sekali patah. Tapi dia tahu, ibunya sering sekali membuat minuman dengan bahan dasar buah asam yang sudah sangat masak. Minuman yang segar itu bernama serbat. Enak diminum ketika cuaca sangat terik. Daun mudanya juga bisa dibuat minuman dengan mencampurnya dengan bahan-bahan lain seperti kunyit, juga bisa sebagai obat batuk dan demam. Karena itu, beberapa kali ibunya mengajak ke alun-alun itu sekedar mengambil buah yang jatuh, memetik daun muda, dan mengelupas kulit kayunya.
+++
Sesekali, dia melihat pada kedua mata ibunya itu merebak air mata. Dan sesaat kemudian, kadang kala, raut yang tampak sedih itu bisa berubah menjadi wajah yang penuh amarah. Dia tidak pernah mau menanyakannya, sebab jika dia bertanya bisa-bisa menambah tekanan perasaan pada ibunya. Dia tak mau itu terjadi.
Untuk mengubahkan suasana hati ibunya itu, dia kadang segera menyibukkan diri mencari jangkrik pada rerumputan di sekitar kaki pohon yang besar itu. Lalu dengan riangnya, disorongkan jangkrik yang tertangkap itu sambil berceloteh akan dikumpulkan sebanyak-banyaknya jangkrik untuk makanan burung-burung peliharaan kakek.
Selain dia, laki-laki yang ada di rumah adalah kakeknya. Kakek yang pendiam dan selalu sibuk dengan burung-burung peliharaannya. Beberapa hari dalam seminggu, kakek pergi mengikuti kontes burung berkicau. Sebenarnya dia juga ingin menangkapi burung-burung yang bersarang di pohon itu, tetapi tak satu pun burung di pohon tersebut menyerupai burung-burung yang ada dalam sangkar-sangkar milik kakeknya.
Kakek jarang sekali berbicara dengan ibu maupun dirinya. Ibu pernah bilang bahwa kakek tidak pernah menyetujui hadirnya laki-laki yang tak pernah lagi ada di sekitar dia dan ibunya. Ayahnya. Mungkin itu yang membuat ibunya sering bersedih atau marah setiap kali berada di dekat pohon asam di tengah alun-alun itu.
+++
Sampai suatu hari, menjelang hari pernikahannya, dia memberanikan diri bertanya kepada ibunya.
“Bu, dulu sewaktu aku kecil Ibu sering sekali membawaku pergi ke alun-alun memetik daun asam, mengumpulkan buahnya, dan sesekali mengerat kulit kayunya. Apakah Ibu ingat itu?”
Ibunya tersenyum dan mengelus kepalanya yang berada dekat dengan pangkuan.
“Tentu Ibu ingat. Apa yang ingin engkau tanyakan sebenarnya?”
Dengan menghela nafas panjang dan berat, dia menanyakan hal yang bertahun-tahun disimpan.
“Mengapa Ibu selalu menangis dan juga marah setiap kali kita ke sana? Kenangan apakah yang sebenarnya Ibu simpan?”
+++
Semenjak Ibunya tak pernah menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi antara Ibunya dengan pohon asam gelugur di tengah alun-alun, dia tak pernah lagi bertanya. Hanya pada suatu reuni dengan teman-teman sekolahnya, dia bertemu Karman yang kini menjabat Sekretaris Daerah.
Dia yang kaget dengan penataan alun-alun kotanya itu mendapat penjelasan bahwa pohon asam gelugur itu sudah ditebang dan diganti dengan sebuah tugu berbentuk runcing yang menggambarkan keteguhan dan perjuangan untuk meraih cita-cita yang lebih baik.
“Oh. Pohon asam itu terlalu banyak menyimpan cerita pahit,” Jelas Karman ketika dia menanyakan alasan penebangan pohon itu.
“Memang cerita macam apa sehingga warga kota tak menginginkan pohon itu tidak perlu lagi ada di tengah alun-alun?” Dia tampak ingin menuntaskan rasa penasaran yang sekian lama bercokol itu.
“Kau pernah mendengar hukum picis, bukan? Seseorang yang dinyatakan bersalah disayat kulitnya dan pada lukanya itu diteteskan cairan dari buah asam. Dulu, pohon itu menjadi terkenal gara-gara seorang perampok besar menemui hari sialnya. Dia ditangkap dan ramai-ramai warga menghukumnya. Setiap orang menyayat kulitnya dan menyiramnya dengan cairan buah asam. Dia menemui ajal dengan tubuh hampir seluruhnya terkelupas kulitnya.”
“Perampok besar? Siapa namanya?”
“Orang-orang menyebutnya Man Jaha.”
Mendengar nama itu, dia menjadi sangat maklum mengapa kakeknya tak pernah mau bicara dengan ibu dan dirinya. Terlebih, dia pun kini bisa merasakan kesedihan dan kemarahan yang sama dengan ibunya jika dia mengingat pohon asam di tengah alun-alun itu. Untunglah, kini pohon asam itu sudah tidak ada lagi.
Perbedaan karya ilmiah dan non ilmiah
Istilah karya
ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang
dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli
bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya
penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah
maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya
memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan-perbedaan
yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek.Pertama, karya ilmiah harus
merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual
objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti.
Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri. Kedua, karya ilmiah bersifat metodis
dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau
cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui
proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan
ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan
menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang
dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
Selain karya ilmiah
dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang
berbentuk semi-ilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan
tegas antara karangan semi-ilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah.
Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara
karangan semi-ilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan
bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semi-ilmiah
bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata
lain, karangan semi-ilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum
daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan,
karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara
ketat dan sistematis, sedangkan karangan semi-ilmiah agak longgar meskipun
tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang
tidak selalu terdapat pada karangan semi-ilmiah.
Berdasarkan
karakteristik karangan ilmiah, semi-ilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan
di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi,
tesis, disertasi; yang tergolong karangan semi-ilmiah antara lain artikel,
feature, kritik,
esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng,
hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.
Karya
nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak
didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan
umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya
nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya nonilmiah
bersifat (1) emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis,
lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi, (2) persuasif: penilaian fakta
tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir
pembaca dan cukup informative, (3) deskriptif: pendapat pribadi, sebagian
imajinatif dan subjektif, dan (4) jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar